Rabu, 29 April 2015

Bukan cuma kolestrol pemicu serangan jantung


Pemicu Jantung
Kolesterol ibarat hantu yang selalu ditakuti dan dibenci setiap orang yang mendengarnya, kecuali ketika ia berada dalam batas normal.

Kebanyakan dari Anda pasti menuding kolesterol sebagai biang kesalahan ketika melihat seseorang terkapar gara-gara terjadi masalah pada jantungnya. Tapi apakah benar selalu kolesterol yang harus dikambing-hitamkan? Bagaimana jika dugaan Anda salah.


Semestinya Anda memberlakukan asas praduga tak bersalah pada apapun yang mungkin membuat jantung seseorang gagal berdenyut. Dulu, ketika para ahli jantung berhasil menemukan korelasi antara kadar kolesterol dengan penyakit jantung, kita seolah menemukan akar dari masalah penyakit jantung koroner.
Sejak saat itu, kolesterol menjadi pesakitan yang tidak bisa membela diri. Ternyata, masih banyak hal yang bisa membuat jantung Anda ngadat. Salah satunya insulin. Kabar baiknya ada beberapa solusi sederhana – Anda hanya butuh kemauan dan disiplin-yang membuat jantung Anda tetap berdenyut hingga puluhan tahun ke depan.

Bukan Cuma Kolesterol

Tidak ada yang memungkiri bahwa penemuan para ahli puluhan tahun lalu yang berhasil mengaitkan antara kadar kolesterol dengan penyakit jantung merupakan gebrakan besar dalam dunia kedokteran. Jadi Anda tidak perlu meragukan keakuratan prosedur medical check untuk tes darah seperti, cek kadar kolesterol total, termasuk kadar LDL(lemak jahat), HDL (lemak baik), dan trigliserida.

Hanya saja kita berpikir bahwa tes tersebut telah memberikan semuanya yang kita perlukan untuk mendeteksi penyakit jantung tanpa sadar kita mempersempit cara pandang kita sendiri.Faktanya, jika kita hanya menggunakan hasil tes kolesterol sebagai satu-satunya bahan untuk mendeteksi risiko serangan jantung kita telah faktor kemungkinan lain penyebab serangan jantung. Mungkin Anda baru tahu. Tapi kadar kolesterol yang 100 persen normal bukan berarti Anda akan terbebas dari risiko penyakit jantung.

Ada tes lain yang luput dari perhatian kita tetapi tes ini juga mampu mendeteksi adanya indikator pembawa risiko serangan jantung. Berikut di antaranya:

High Sensitivity C Reactive Protein (hs-CRP)
hs-CRP adalah tanda yang memberitahu bahwa telah terjadi peradangan arteri atau aterosklerosis-proses penumpukan plak di dinding arteri. Ahli jantung dari fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi, R.L. Lefrandt dalam penelitian bertajuk the Levels of hs-CRP in patients with coronary heart disease yang dipublikasikan di Medical Journal of Indonesia menyebutkan, HS-CRP merupakan salah satu pertanda terjadinya inflamasi yang berhubungan dengan tingkat keparahan aterosklerosis.
Disebutkan, kadar hs-CRP pada pasien yang mengalami serangan jantung lebih tinggi ketimbang mereka yang masih menderita penyakit jantung koroner kronis. Tes hs-CRP ini diyakini dua kali lebih akurat ketimbang tes kolesterol dalam memprediksi serangan jantung.

Clamydia Penumoniae
Bakteri yang memiliki konsekuensi serius bagi jantung. Meski penelitian mengenai Clamydia Penumoniae di Indonesia belum banyak dikembangkan, namun menurut sebuah studi bertajuk The Level of C. Penumoniae in a patient with Coronary Heart Disease menyebutkan bahwa faktor infeksi sangat mungkin mempengaruhi aterosklerosis. Para ahli meyakini bahwa terjadi peningkatan C. Penumoniae dari plak-plak penyebab aterosklerosis.

Fibrinogen
Zat yang mempercepat penyumbatan pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Sebuah studi yang dilakukan menggunakan angioskopi-alat pemantau jantung dan arteri-diketahui pasien yang mengalami serangan jantung yang trombusnya berwarna merah (kaya akan fibrin dan sel darah merah), memiliki kecenderungan tinggi mengalami trombosis koroner (pembekuan darah yang berpotensi memutus jalur darah) pada arteri hingga 90 persen. Inilah yang bisa menimbulkan infark mikard-salah satunya ditandai dengan nyeri dada dan bisa berakhir dengan kamatian.

Insulin
Hormon yang jika kadarnya berlebihan ini bisa menyebabkan penyakit jantung. Penyebab utama kelainan kardovaskuler pada penderita diabetes tipe 2 disebabkan dua faktor, yaitu hiperglikemia-kadar gula yang berlebihan dalam darah, dan kelainan endokrin metabolik-proses sistemik dan menyeluruh pemisahan hormon-hormon dalam darah akibat resistensi insulin. Inilah kondisi yang kian memperparah penyakit jantung pada penderita diabetes.

Akhir yang Menyenangkan
Kabar baiknya, penyakit jantung adalah tentang bagaimana Anda menjalani gaya hidup. Olahraga dan pola makan yang sehat dapat mengendalikan berbagai faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi, diabetes, kegemukan, stres dan masih banyak lagi.
Bahkan Anda cukup meluangkan waktu untuk berolahraga minimal 15 menit sehari agar terbebas dari risiko sakit jantung.
Paul Dudley White seorang dokter jantung di AS mengatakan bahwa penyakit jantung sebelum usia 80 adalah kesalahan kita bukan kehendak Tuhan. (dan)


sumber Duniafitnes.com
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar